Minggu, 18 November 2012

SIFAT KIMIA SENYAWA KLOR


Percobaan II
Sifat Kimia Senyawa Klor


I. Tujuan
  • Mengetahui kelarutan dan stabilitas garam klorida
  • Mempelajari pembentukan kompleks logam transisi dengan ion klorida
II. Dasar Teori
Unsur-unsur halogen dapat diidentifikasi melalui warna dan sifatya. Misalnya Cl; berupa gas kuning kehijauan pada suhu kamar, non-polar, kelarutan dalam air kecil dan larut dalam pelarut non-polar.
Semua halogen dapat mengoksidasi air menjadi gas O2  dan bukan merupakan oksidator kuat. Larutan halogen tidak stabil karena cenderung mengalami auto-oksidasi atau auto-reduksi, proses ini disebut dengan disporposionasi:

2Cl2(aq) + 2H2O(l) è HClO(aq) + 2HCl(aq)
 Pada reaksi tersebut Cl2 mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Pemutih kloring (bleaching agent) mengandung larutan hipoklorit (NaOCl). Ion ClO- merupakan suatu oksidator, daya oksidasinya sama dengan klorin namun ion ClO- berbeda dengan Cl- sebab asam hipoklorit, HClO adalah asam lemah dan ion ClO- adalah basa yang cukup kuat.
Klor digunakan secara luas dalam pembuatan banyak produk sehari-hari. Klor digunakan untuk menghasilkan air minum yang aman hampir di seluruh dunia. Bahkan kemasan air terkecil pun sudah terklorinasi.
Klor juga digunakan secara besar-besaran pada proses pembuatan kertas, zat pewarna, tekstil, produk olahan minyak bumi, obat-obatan, antiseptik, insektisida, makanan, pelarut, car, plastik, dan banyak produk lainnya.
Ion klorida membentuk endapan dengan ion-ion Ag+, Pb+, dan Hg2+ berperan sebagai ligan dalam pembentukan kompleks yang diamati melalui perubahan warna dan melarutnya endapan atau padatan.
Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klor digunakan untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon tetraklorida, dan ekstraksi brom.
Pemutih klorin (bleaching agent) mengandung larutan hipoklorit (NaOCl). Ion ClO- merupakan suatu oksidator, daya oksidasinya sama dengan klorin namun ion ClO- berbeda dengan Cl- sebab asam hipoklorit, HClO adalah asam lemah dan ion ClO- adalah basa yang cukup kuat, sedangkan Cl- mempunyai sifat netral dan merupakan basa konjugat dari HCl kuat. Ion klorida membentuk endapan dengan ion-ion Ag+, Pb+, dan Hg2+, berperan sebagai ligan dalam pembentukan kompleks yang diamati melalui perubahan warna dan melarutnya endapan atau padatan.

III. Alat dan Bahan
Alat
  • Pipet tetes
  • Rak tabung reaksi
  • Gelas ukur
  • Tabung reaksi
Bahan


  •  NaCl 0,1 M
  • AgNO3 0,1 M
  • NH3 6M
  • CuSO4 0,1 M
  • Lakmus merah dan biru
  • NaOCl 5%
  • NaOH 6 M
  • KI 0,1 M
  • KBr 0,1
  • N-heksana atau petroleum eter
  • HCl pekat
IV. Cara Kerja
  1. Ion Klorida (Cl-)
Kelarutan dan kestabilan garam klorida

  • Dimasukkan 1mL NaCl + AgNO3 kedalam tabung.
  • Diaduk campuran agar endapan yang terbentuk larut. Kemudian tambahkan HNO3 6 M sedikit berlebih dan diaduk
  • Amati perubahan yang terjadi.
Kompleks logam transisi dengan ion Cl-
  • 2 mL CuSO4 0,1 M + 2 mL HCl pekat dimasukkan kedalam tabung reaksi.
  • Diencerkan campuran dengan 5 mL akuades.
  • Amati yang terjadi.

  • Tambahkan 3 mL HCl pekat kedalam AgNO3 0,1 M
  • Diaduk beberapa menit agar endapan larut kembali 

  • Masukkan 1 mL NaCL + 1 mL AgNO3 kedalam tabung reaksi
  • Diencerkan campuran dengan 5 mL akuades.
  • Amati yang terjadi.
     2.  Ion Hipoklorit (ClO-)
Reaksi Lakmus
  • Diteteskan laurtan NaOCl 5% oada kertas lakmus merah dan biru
  • Diamati perubahan yang terjadi. 
Reaksi dengan AgNO3
  • Tambahkan 1 mL AgNO3 + 3 mL NaOCl.
  • Diamati endapan yang terbentuk.
  • Tambahkan HNO3 6M.
  • Bandingkan dengan campuran NaOH 6 M dengan AgNO3.
  • Amati perubahan yang terjadi.
Daya Oksidasi
  • Masukkan 2 mL KI 0,1 M dan 1 mL n-heksana kedalam tabung reaksi (kerjakan di ruang asam).
  • Tambahkan beberapa tetes larutan NaOCl 5% sambil diaduk.
  • Catat perubahan warna yang terjadi pada lapisan heksana.
V. Hasil Pengamatan
  1. Ion Klorida (Cl-)
Kelarutan dan stabilitas garam klorida
  • NaCl + AgNO3 è terbentuk endapan putih
  •          + HNO3 è Endapan larut
Kompleks logam transisi dengan ion Cl-

  • CuSO4 + HCl è Mula-mula larutan berwarna biru kemudian berubah menjadi hijau kekuningan
  •              + H2O è Larutan berubah menjadi warna hijau kebiruan

  • AgNO3 + HCl è Terbentuk endapan putih susu
  •               + H2O è Tetap membentuk larutan endapan putih dengan larutan berwarna hijau

      2.  Ion Hipoklorit (ClO-)

Reaksi Kertas Lakmus 


  • NaClO + Lakmus Merah è Lakmus merah berubah menjadi berwarna biru
  • NaClO + Lakmus Biru è Tetap berwarna biru 
Reaksi dengan AgNO3
  • NaOCl + AgNO3 è Terdapat gelembung merupakan gas, endapan yang terbentuk berubah warna dari putih menjadi kuning 
Daya Oksidasi
  • KI + C6H12 è Terdapat dua fasa yang tidak bercampur
  •      + NaOCl è Terbentuk cincin ungu di atas larutan dan terbentuk larutan kuning bening di bawah. 

VI. Pembahasan 

Percobaan kali ini membahas tentang sifat-sifat kimia pada senyawa klor. Telah dibahas pada dasar teori sebelumnya bahwa ion klor merupakan sebuah gas kuning kehijauan pada suhu kamar, non-polar, kelarutan dalam air kecil dan larut dalam pelarut non-polar. Untuk percobaan ini, sampel senyawa klor yang digunakan adalah NaCl, HCl pekat, dan NaOCl dengan larutan pereaksi AgNO3, CuSO4, KI, KBr, NH3, dan n-heksana.
Pada percobaan pertama, diuji senyawa klorida dengan cara melihat kelarutan dan stabilitas garam klorida. Dalam prosedurnya, sampel yang digunakan adalah sampel NaCl yang dicampurkan dengan AgNO3 di dalam tabung reaksi. Setelah dicampurkan, dapat dilihat bahwa kedua larutan tersebut bercampur membentuk endapan larutan putih yang merupakan AgCl.  Pengujian selanjutnya, adalah menguji kompleks logam transisi denga ion Cl-. Dengan memakai sampel HCl, sampel tersebut di uji dengan dicampur CuSO4. Campuran ini membentuk larutan berwarna biru yang perlahan-lahan berubah warna menjadi wana hijau kekuningan. Kemudian campuran tersebut ditambah dengan 5 mL akuades, hingga membuat campuran tersebut kembali berubah warna menjadi warna hijau kebiruan. Sedangkan pada prosedur selanjutnya, ketika HCl dicampur dengan AgNO3, larutan membentuk endapan putih susu dan ketika ditambahkan akuades dengan volume yang sama seperti pada prosedur di atas, tetap akan membentuk endapan putih dengan larutan yang berubah warna menjadi hijau.
Untuk percobaan kedua, mengidentifikasi senyawa hipoklorit dengan cara menguji senyawa dengan kertas lakmus. Larutan NaOCl 5% diteteskan pada lakmus merah dan lakmus biru. Untuk lakmus merah, lakmus tersebut berubah warna menjadi warna biru sedangkan lakmus biru tetap berwarna biru. Dapat disimpulkan bawah NaOCl atau yang lebih sering dikenal dengan pemutih pakaian adalah larutan bersifat basa karena telah mengubah lakmus merah menjadi lakmus biru.
Untuk pengujian senyawa dengan reaksi AgNO3, larutan NaOCl dicampurkan dengan AgNO3. Pada campuran tersebut, terbentuklah gas berupa oksigen juga endapan putih yang berubah menjadi kuning. Bisa dilihat pada persamaan reaksi di bawah ini:
2AgNO3 + 2NaOCl è2NaNO3 + 2AgCl + O2
Untuk pengujian senyawa hipoklorit terakhir yaitu menguji daya oksidasi, KI dicampur dengan n-heksana yang dilakukan diruang asan membentuk dua fasa yang tidak bercampur.  Dan kemudian ditambahkan dengan NaOCl larutan tersebut akan membentuk cincin berwarna ungu dibagian atas larutan sedangkan pada bagian bawah terbentuk larutan berwarna kuning.

VII. Kesimpulan 

  •  NaOCl bersifat basa
  • Pengujian logam transisi dengan logam Cl- ditandai dengan perubahan warna
  • Senyawa klor merupakan senyawa yang larut pada pelarut non-polar dan memiliki kelarutan yang kecil pada air. 
VIII. Daftar Pustaka

Chalid,Sri Yadial.2007.Penuntun Praktikum Kimia Anorganik.Jakarta : Fakultas Sains dan Teknologi      UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta.
Oxtoby, D. W., Gillis, H. P. dan Nachtrieb, N. H., 1999. Kimia Modern. Jakarta:Erlangga.

IX. Lampiran

Pertanyaan
  1. Tuliskan contoh-contoh senyawa klor dengan bilangan oksidasi Cl (-1, 0, +1, +3, +4, +5 +7) dan sebutkan kegunaannya kalau ada.
  2. Bagaimana cara membuat larutan pemutih NaClO secara komersial? Tuliskan reaksinya.
  3. Bagaimana caranya zat pemutih dapat membuat pakaian kelihatan lebih putih? 
 Jawaban 

biloks
senyawa klor
Kegunaan
-1
NaCl
sebagai Bahan Tambahan Pangan
0
Cl2
untuk sanitasi, pemutihan kertas
1
NaOCl
Pemutih
5
NaOCl3
untuk membuat klorin dioksida
7
NaOCl4
sebagai campuran bom / peledak
    2.  Larutan pemutih dapat dibuat dengan mereaksikan NaOH dengan gas klor (Cl2), gas klor dilewatkan kedalam larutan dingin NaOH encer pada suhu dibawah 40O C, jika suhu lebih dari 40O C maka akan terbentuk natrium klorat (NaClO3).
2NaOH + Clè NaCl + NaOCl + H2O
  
  3. Zat pemutih bekerja dengan dua cara, yaitu:
  • Mengubah molekul menjadi zat yang tidak mengandung kromofor atau masih mengandung kromofor yang tidak menyerap cahaya visible dengan cara memutuskan ikatan kimia kromofor oleh pemutih yang bersifat oksidator.
  • Mengubah ikatan rangkap pada kromofor menjadi ikatan tunggal oleh pemutih yang bersifat reduktor. Pemutusan ikatan rangkap ini dapat megurangi kemampuan kromofor untuk menyerap sinar visible.









Sabtu, 13 Oktober 2012

KOROSI BESI

Percobaan I
Korosi Besi
I. Tujuan
·         Mengamati perubahan/pengkaratan besi
·         Mengamati proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi

II. Dasar Teori
            Korosi merupakan proses degradasi, deteorisasi, pengrusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya. Adapun prosesnya yakni merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat disekelilingnya tersebut. Dalam bahasa sehari – hari korosi disebut dengan perkaratan. Kata korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya pengrusakan logam atau perkaratan. Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan . korosi merupakan proses termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang apabila logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu pengetahuan  dan teknologi modern. besi Adalah salah satu dari jenis banyak logam yang penggunaannya sangat luas dalam kehidupan sehari – hari. Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang mudah mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosi akan kehilangan nilai jual dan fungi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan. Berdasarkan dari asumsi tersebut , percobaan ini difokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya pada besi. Selain itu pada percobaan ini akan diketahui logam – logam apa sajakah yang dapat menghambat terjadinya korosi sesuai dengan sifat – sifat kimianya.
            Besi meruapakan logam yang menempati urutan kedua yang umum terdapat pada kerak bumi. Besi cukup reaktif, besi bila dibiarkana di udara terbuka untuk beberapa lamammengalami perubahan warna yang lazim disebut perkaratan besi, Proses perubahan besi menjadi besi berkaraat merupakan reksi redoks yang melihat oksigen:
            Fe(s) + O2                   Fe2O3
            Faktor yang berpengaruh terhadap korosi besi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bersal dari bahan itu sendiri dan dari lingungan. Factor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur – unsur kelumitan yang ada dalam bahann, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi, tingkat pencemaan udara, suhu kelembaban, keberadaan zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan – bahan korosif ( yang dapat menyababkan korsosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa anorganik maupun organik. Penguapan dan pelepasan bahan – bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau terlalu basa dapat mempercepat prose korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut.
            Flour, hydrogen flourida beserta persenyawaan- persenyawaan dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan – bahan organic. Ammoniak ( NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan indutri umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat alat pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuat pupuk. Bejana – bejana penyimpan ammoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara. Embun pagi saat ini umumnya mengandung a neka partikel aerosol, debu serta gas – gas asam seperti  NOx dan Sox. Dalam batubara terdapat belerang atau sulfur (S) yang apabilal dibakar berubah menjadi oksida belerang.
            Masalah utama berkaitan dengan peningkatan penggunaan batu bara adalah dilepaskannya gas polutan sepertioksida nitroge ( NOx) dan oksida belerang (Sox). Walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihakn partikel – partikel kecil dari asap batubara, namun NOx dan Sox yang merupakan senyawa gas dengan bebasnya naik melewati cerobong  dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara , kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asm sulfat (H2SO4).
            Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas – gas asam tersebut di dalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja., termasuk komponen – komponen renik di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi tidak dapat dihindari lagi. Korosi yang menyerang piranti maupun komponen – komponen elekktonika dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifar elektrik komponen – komponen elektronika dalam computer , televise, video, kalkulator , jam digital dan sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan non konduktor pada komponen elektronik.
            Oleh sebab itu, dalam lingkuangn dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak, bahkan hancur karena korosi. Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban jiwa.
III. Alat dan Bahan
Alat :
·         Gelas piala 250ml
·         Cawan Petri
·         Batang pengaduk
·         Penanggas air
·         Pako
Bahan :
·         Larutan NaCl
·         Agar – agar
·         K3(Fe(CN)6)
·         Fenolftalin
·         Larutan HCl

IV. Cara  Kerja
1. Disediakan 6 paku yang memiliki jenis yang berbeda ( paku beton, paku payung besar, paku payung kecil, paku kayu kecil, paku kayu besar, jarum pentul)
2. Dimasukkan  paku – paku tersebut kedalam cawan petri yang berbeda dengan jenis paku yang berbeda – beda.
3. kemudian dimasukkan agar – agar 1 bungkus yang sebelumnya sudah dipanaskan dengan aquadest 210 ml menggunakan gelas piala.
4. Dituangkan  hasil adonan agar – agar panas sebanyak 35mL ke dalam masing – masing cawan Petri  hingga menutupi seluruh paku.
5. Ditambahkan 3,6mL  K3(Fe(CN)6) , HCL, NaCl, NaOH,PP di masing – masing cawan petri.
6. Diamati dan dicatat apa yang terjadi selama 30 menit, 1 jam, 4 jam dan 3 hari.

IV. Hasil Pengamatan
a) Agar – agar ( kontrol)
waktu
jenis paku
payung kecil
payung besar
beton
jarum pentul
kayu besar
kayu kecil
30 menit
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
1 jam
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
4 jam
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
3 hari
korosi coklat
tetap
tetap
tetap
korosi coklat
korosi coklat

b) Agar – agar + Fenolftealin ( PP)
waktu
jenis paku
payung kecil
payung besar
beton
jarum pentul
kayu besar
kayu kecil
30 menit
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
1 jam
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
4 jam
karat coklat
tetap
tetap
karat coklat
karat coklat
karat coklat
3 hari
karat coklat
tetap
tetap
karat coklat
karat coklat
karat coklat

c) Agar – agar + K3(Fe(CN)6) 0,5 M
waktu
jenis paku
payung kecil
payung besar
beton
jarum pentul
kayu besar
kayu kecil
30 menit
korosi biru
bercak putih
tetap
korosi biru
korosi biru
korosi biru
1 jam
korosi biru
bercak putih
bercak putih
korosi biru
korosi biru
korosi biru
4 jam
korosi biru
bercak putih
bercak putih
korosi biru
korosi biru
korosi biru
3 hari
korosi biru
bercak putih
bercak putih
korosi biru
korosi biru
korosi biru




d) Agar – agar + NaCl 0,5M
waktu
jenis paku
payung kecil
payung besar
beton
jarum pentul
kayu besar
kayu kecil
30 menit
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
1 jam
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
4 jam
korosi coklat
tetap
tetap
korosi coklat
korosi coklat
korosi coklat
3 hari
korosi coklat
tetap
tetap
korosi coklat
korosi coklat
korosi coklat

e) Agar – agar + NaOH 0,5M
waktu
jenis paku
payung kecil
payung besar
beton
jarum pentul
kayu besar
kayu kecil
30 menit
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
1 jam
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
4 jam
korosi coklat
tetap
tetap
korosi coklat
korosi coklat
korosi coklat
3 hari
korosi coklat
tetap
tetap
korosi coklat
korosi coklat
korosi coklat

f) Agar – agar + HCl 0,5M
waktu
jenis paku
payung kecil
payung besar
beton
jarum pentul
kayu besar
kayu kecil
30 menit
gelembung
gelembung
gelembung
gelembung
gelembung
gelembung
1 jam
gelembung 
gelembung 
gelembung 
gelembung 
gelembung 
gelembung 
4 jam
korosi biru 
korosi biru  
korosi biru  
korosi biru  
 korosi biru 
korosi biru  
3 hari
korosi coklat 
korosi coklat 
korosi coklat 
korosi coklat 
korosi coklat 
korosi coklat 

V. Pembahasan
Untuk melakukan pengamatan pada korosi besi, diperlukan agar – agar sebagai larutan kontrol sekaligus berfungsi sebagai  media reduksi dan oksidasi. Sebelum dicampurkan ke larutan lainnya yang kemudian dimasukkan kedalam cawan petri, agar – agar terlebih dahulu dipanaskan dengan penangas, agar dapat larut dalam air.Campuran agar – agar dan larutan lainnya digunakan sebagai media pengamatan pada berbagai kondisi dengan fungsi tertentu.
Seperti yang kita lihat pada cara kerja diatas, berbagai macam paku dimasukkan kedalam enam cawan petri yang berbeda. Kemudian diberikan lima diantaranya larutan PP, K3(Fe(CN)6), NaCl, NaOH dan HCl pada konsentrasi yang sama yaitu 0,5 M. Konsentrasi yang sama memudahkan kita untuk melihat perbandingan larutan lebih teliti dan seimbang.
Setelah diamati selama 30 menit, agar – agar sebagai indikator atau kontrol, keadaan paku di dalamnya masih tetap sama seperti semula. Kondisi yang sama juga ditunjukkan pada cawan petri yang dicampurkan dengan larutan PP, NaCl dan NaOH. Namun keadaan jauh berbeda dengan paku pada cawan petri yang dicampurkan larutan HCl dan K3(Fe(CN)6). Keadaan paku pada cawan petri yang berisi agar – agar + HCl yaitu terdapat gelembung – gelembung dipermukaan paku. Hal ini menunjukkan bahwa paku – paku ( Fe ) tersebut telah teroksidasi dengan adanya larutan HCl. Sedangkan pada cawan petri yang berisi agar – agar+ K3(Fe(CN)6), pada sekitar paku terdapat warna biru yang mencolok dan bercak putih  pada larutan agar – agar yang menggumpal. Paku – paku pada larutan ini juga telah mengalami proses oksidasi.
Setelah pengamatan selama 1 jam, tidak ada perubahan yang cukup signifikan pada paku – paku  yang berada dalam enam cawan petri tersebut. Keadaan masih tetap sama dengan keadaan setelah 30 menit pengamatan. Barulah pada 4 jam kemudian, perubahan mulai terjadi lagi. Pengkaratan warna coklat terjadi pada hampir semua dalam cawan petri, kecuali pada paku payung besar dan paku beton. Selang 3 hari kemudian, hasil akhir diperoleh pengkaratan yang paling parah terjadi pada cawan petri yang berisi agar – agar+ HCl. Seperti yang kita ketahui bahwa HCl bersifat asam yang berarti korosif terhadap logam, sehingga wajar jika paku yang berada dalam HCl yang memiliki tingkat korosi yang paling terparah dari larutan yang lainnya.
Adapun tujuan digunakannya larutan – larutan tersebut, NaCl  berfungsi sebagai jembatan garam, PP untuk menunjukkan tempat terjadinya reaksi reduksi, K3Fe(CN)6 berfungsi untuk menunjukkan tempat dimana Fe teroksidasi, NaOH berfungsi sebagai indikator keadaan basa dan HCl sebagai indikator keadaan asam.
Seperti yang kita ketahui dalam dasar teori bahwa korosi merupakan reaksi redoks. Disebut sebagai reaksi redoks karena Korosi terjadi melalui reaksi redoks, di mana logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Karat pada besi berupa zat yang berwarna cokelat-merah dengan rumus kimia Fe2O3·xH2O. Oksida besi (karat) dapat mengelupas, sehingga secara bertahap permukaan yang baru terbuka itu mengalami korosi. Proses terjadinya korosi besi secara keseluruhan merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.


Fe(s)                Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan dalam oksidasi akan mengalir ke bagian lain untuk mereduksi oksigen.
O2(g) + 2 H2O(l) + 4e                         4 OH(l)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode akan teroksidasi membentuk besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3·xH2O yang disebut karat.
            Sedangkan, korosi warna biru yang diperoleh sebelum pengkaratan warna coklat disebabkan oleh adanya oksidasi oleh Fe. Warna biru merupakan indikator tempat terjadinya oksidasi. Hampir sama dengan warna biru pada larutan, bercak putih juga menandakan terjadinya oksidasi. Namun yang teroksidasi bukanlah logam Fe, melainkan logam yang melapisi permukaan paku tersebut. Ini mengapa hanya paku payung besar dan paku beton yang terdapat bercak putih, karena hanya dua paku tersebut yang dilapisi oleh logam lain dipermukaannya.
            Pada NaCl yang berfungsi sebagai jembatan garam, terjadi pembentukan anoda dan katoda jika terdapat pada logam (dalam hal ini pada paku – paku dalam percobaan diatas). Proses pengkorosian itu terjadi pada beberapa proses yaitu:
Pertama-tama besi mengalami oksidasi;
Fe → Fe2+ + 2e E0 = 0.44 V
dilanjutkan dengan reduksi gas Oksigen;
O2 + 2 H2O + 4e → 4OH- E0 = 0.40 V
Kedua reaksi menghasilkan potensial reaksi yang positif (E = 0.84 V) menunjukan bahwa reaksi ini dapat terjadi. Jika proses ini dalam suasana asam maka, proses oksidasinya adalah
O2 + 4 H+ + 4e → 2 H2O E0 = 1.23 V
dan potensial reaksinya semakin besar yaitu:
E = (0.44 + 1.23) = 1.63 Volt.
            Pada PP  yang berfungsi sebagai penunjuk tempat terjadinya reduksi dan oksidasi dari H2O. H2O tereduksi menghasilkan ion OH- yang dapat berinteraksi dengan penofthalein membentuk warna merah muda.

VI. Daftar Pustaka
            Chalid,Sri Yadial.2007.Penuntun Praktikum Kimia Anorganik.Jakarta : Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif    Hidayatullah Jakarta.
Oxtoby, D. W., Gillis, H. P. dan Nachtrieb, N. H., 1999, Kimia Modern, Erlangga : Jakarta

Lampiran :
a. Untuk melihat simulasi korosi besi silahkan klik link dibawah ini :

b. Pertanyaan :
1. Apa tanda-tanda telah terjadi reaksi redoks pada percobaan ini?
 Jawab: :
Reaksi redoks ini terjadi dengan terbentuknya warna biru pada permukaan agar – agar yang menggumpal , bercak putih dan warna coklat kemerahan pada paku.
 2. Tuliskan reaksi redoks yang terjadi!
Jawab :
Anoda: Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e
Katoda: 2H2O(l) + 2e → H2 (g) + 2OH- (aq)

3. Sebutkan reagen-reagen apa saja yang dapat meleburkan logam Fe?
Jawab :
 H2SO4, HNO3, HCL

4. Senyawa apa saja yang terdapat pada besi komersil ?
Jawab :
Besi komersial merupakan campuran besi dan karbon 1.67%, serta mangan(Mn), tembaga(Cu), silicon(Si), belerang(S).

c. Gambar percobaan setelah 3 hari

agar - agar
Agar – agar + Fenolftealin ( PP)
Agar – agar + K3(Fe(CN)6)

Agar – agar + NaCl